Kamu kembali datang mengusik pikirku..
Disaat aku sudah mampu baik-baik saja setelah sepotong hati
yang kamu bawa pergi..
Seharusnya belati yang kamu toreh sudah mampu membuatku
membenci, membuatku melupakan..’
Tapi nyatanya luka yang berusaha keras aku obati masih ada
saja bekasnya disana..
Mampukah aku membenci? Sungguh pada awalnya demikian, tapi
kembali tanya itu menyeruak..
Benarkah aku membencimu? Kamu yang sudah mampu membuat bunga
yang layu kembali tumbuh, dengan rasa yang kau janjikan, dengan kenangan yang
engkau ciptakan.. dan kau tinggalkan kembali setelah kamu menemukan bungamu
yang dulu mekar..
Dan aku terjebak, dalam kotak kenangan yang seharusnya mampu
aku pecahkan..
Masihkah ada rasa yang kau tinggal pergi ini tertanam
dihatiku? Entahlah.. Seharusnya tidak. Dan aku meyakini bahwa tidak..
Dan seharusnya aku mampu berdamai dengan kamu, masa lalu,
dan kenangan kita, bukan justru sebaliknya..
Bahagiakah kamu disana? Tentu saja jawabannya iya bukan? Dia
yang lebih baik telah menggantikanku.. Dan aku pun masih menanti yang lebih
baik akan menggantikanmu, pada waktunya nanti disaat kamu, luka, dan kenangan
kita sudah benar-benar bisa berdamai dengan hatiku..
Kita pernah berjalan dalam jalan yang sama, tujuan yang
sama, mimpi dan harapan yang sama..
Kita pernah berada dalam rasa yang sama, hati yang sama, dan
cerita yang sama..
“pernah” dan bukan “akan”, karena aku benar-benar yakin
jalan kita memang berbeda..
Mawar berduri tidak akan pernah bisa tumbuh di tegarnya
karang bukan? Dan memang seperti itulah kita, kamu yang menyadarinya terlebih
dahulu sehingga memutuskan pergi..
Dengan tiba-tiba, disaat aku sudah mampu menumbuhkan rasa
yang sama denganmu dihatiku..
Takdir kita tak pernah sama, takdir kita bukan untuk
dipersatukan, meski memang takdir pernah memberi sedikit waktu bersama, tapi
mungkin tak lebih untuk menunjukkan bahwa kamu memang benar-benar bukan untukku,
dan aku bukan untuk kamu..
Dan rasa itu perlahan menguap setelah 4 bulan berlalu, tapi
kenapa harus kembali muncul dalam benak??
Dan sampai saat ini, potretmu, potret kita, pesanmu dan “si
biru” pemberianmu masih aku simpan..
Haruskah itu semua aku buang bersama dengan kenangan kita?
Dan kotamu, sungguh aku sekarang menghindarinya, kota yang
selalu aku rindukan dan kota impianku sejak aku kecil dulu..
Disana kebahagiaan terakhir yang kita torehkan saat itu,
Januari, disaat hati kita masih pada sisi yang sama..
Dan Januari.. semuanya harus kita selesaikan..
Ah entahlah.. Semoga suatu saat kita dipertemukan dalam
keadaan masing-masing yang sudah membaik, dalam keadaan saling memaafkan, dan
sudah berdamai dengan masa lalu..
Maaf jika memang pada awalnya aku yang membuatmu berubah..
#NF
0 komentar:
Posting Komentar