Rabu, 21 Mei 2014

Nasihat diri * menuju jas putih

Kadang terlalu lelah untuk melangkah, kadang sering penat dengan apa yg dijalani sekarang
Proses memang selalu penuh liku, penuh tantangan, dan penuh perjuangan
Apa mimpiku dulu? ini, entah sejak kapan mimpi ini benar2 tertanam
Ah.. benar kata mereka semua..
Masuk kesini sungguh sulit, tapi akan lebih sulit keluarnya
Hari-hari melelahkan, pikiran banyak tersita, waktu yang banyak terbagi
Penat? pasti.. Menyerah? tidak..
Setengah jalan telah terlalui, masih panjang di depan sana dengan rintangan yg semakin banyak melanda
Kadang ingin mengeluh, tapi untuk apa? toh ini memang prosesnya, bukan hanya saya, tapi mereka semua
Mungkin ada yang jauh lebih sulit dari ini, diluar sana
Bukankah setiap orang memang punya stressor masing2?
Dan ini yang sudah saya pilih
Coba lihat, banyak diluar sana yang kurang beruntung dan harus mengubur impian mereka
Sedangkan saya, kita, punya kesempatan yang lebih baik, dengan orang tua yang berjuang lebih berat dari apa yang kita lalui sekarang disini
Bersyukurlah, jalani prosesnya, lelah kita suatu saat akan terbayar
Dengan senyum pasien kita kelak

Selasa, 20 Mei 2014

..

"Pada dasarnya manusia itu egois, dia selalu meminta Tuhan memberikan sesuatu padanya tapi ia tidak siap untuk merelakan Tuhan mengambil apa yang telah dia miliki"

"Manusia berubah-ubah, relatif, datang dengan keadaan dan kepentingan berbeda, kemudian pergi dalam keadaan dan kepentingan yang berbeda pula"

Sabtu, 17 Mei 2014

Kita, Prasangka, Mereka

Kita hidup di tengah-tengah khalayak yang selalu berbaik sangka..
 
Alangkah berbahanya
terlalu percaya pada baik sangka mereka
membuat kita tak lagi jujur pada diri
atau menginsyafi, bahwa kita tak seindah prasangka itu

tapi keinsyafan membuat kadang terpikir
bersediakah mereka tetap jadi saudara
saat tahu siapa kita sebenarnya
kadang terasa, bersediakah dia tetap menjadi sahabat
saat tahu hati tak tulus, penuh noda dan karat
dan
bersediakah dia tetap mendampingi kita dalam dekapan ukhuwah
ketika tahu bahwa iman kita berlubang-lubang

inilah bedanya kita dengan Sang Nabi
dia dipercaya, karena dia dikenal sebagai Al-Amin, orang yang terpercaya
sementara kita dipercaya, justru karena mereka tidak mengenal kita

yang ada hanya baik sangka

maka mari kita hargai dan jaga semua baik sangka itu
dengan berbuat sebaik-baiknya
atau sekurangnya dengan doa yang diajarkan Abu Bakar
lelaki yang penuh baik sangka terhadap diri dan sesamanya

"ya Allah, jadikan aku lebih baik daripada semua yang mereka sangka
dan ampuni aku atas aib-aib yang tak mereka tahu.."

atau doa seorang tabi'in yang mulia :
"ya Allah jadikan aku dalam pandanganku sendiri sebagai seburuk-buruk makhluk
dalam pandangan manusia sebagai yang tegah-tengah
dan dalam pandanganMu sebagai yang paling mulia"

Salim A.Fillah "Dalam Dekapan Ukhuwah"

Tanah Gersang

 

Dalam hubungan-hubungan yang kita jalin di kehidupan, setiap orang adalah guru bagi kita.

Ya, setiap orang. Siapapun mereka. Yang baik, juga yang jahat. Betatapun yang mereka berikan pada kita selama ini hanyalah luka, rasa sakit, kepedihan, dan aniaya, mereka tetaplah guru-guru kita. Bukan karena mereka orang-orang yang bujaksana. Melainkan karena kitalahyang sedang belajar untuk bijaksana.

Mereka mungkin tanah gersang. Dan kitalah murid yang belajar untuk menjadi bijaksana. Kita belajar untuk menjadi embun pada paginya, awan teduh bagi siangnya, dan rembulan yang menghias malamnya.

Tetapi marangkali, kita justru adalah tanah yang paling gersang. Lebih gersang dari sawah yang kerontang. Lebih cengkar dari lahan kering di kemarau yang panjang. Lebih tandus dari padang rumput yang terbakar hangus. Maka bagi kita sang tanah gersang, selalu ada kesempatan menjadi murid yang bijaksana.

Seperti matahari yang tak hendak dekat-dekat dengan bumi karena khawatir nyalanya bisa memusnahkan kehidupan. Seperti gunung api yang lahar panasnya kelak menjelma lahan subur, sejuk menghijau berwujud hutan.

Dan seperti batu cadas yang memberi kesempatan lumut untuk tumbuh di permukaannya. Dia izinkan sang lumut menghancurkan tubuhnya, melembutkan kekerasannya. Demi terciptanya butir-butir tanah. Demi tersedianya unsur hara agar pepohonan berbuah.

Salim A. Fillah "Dalam Dekapan Ukhuwah"

Rabu, 14 Mei 2014

Sepotong hati yang baru



 

Ketika ada yang berkata disaat kamu mencintai seseorang dan kemudian dia pergi, maka sepotong hatimu ikut terbawa bersamanya.. Memang benar..  Seperti itulah rasanya dulu disaat kamu pergi..

Sehari setelah kamu memutuskan untuk pergi, bahkan aku masih ingin kamu tetap disini, melanjutkan sepenggal cerita dimana kita menjadi tokoh utama disana.

Kamu mungkin tidak perlu minta maaf, karena seharusnya aku selalu bisa memaafkan jika memang perkara cinta itu selalu memaafkan..

 Meskipun seharusnya kau tau, sehari setelah kamu memutuskan pergi, aku lelah membujuk hatiku agar tegar. Tetapi percuma, menyakitkan..
Mungkin benar, reaksi itu tercetus setelah adanya aksi. Dan aku sebuah aksi dan alasan dari reaksimu.

Entahlah aku benar-benar tidak pernah mengerti, atau selama ini aku yang menolak mengerti..
Yang jelas, sehari setelah kamu pergi, dan sampai sekarang, 4 bulan berlalu dan aku akan terus berusaha berdamai, semenyakitkan apapun sebelumnya..
Hati yang sudah kamu bawa pergi, sudah rusak dan tidak akan pernah lagi aku akan memperbaikinya kecuali benar-benar menciptakan hati yang baru..
Ya, sepotong hati yang benar-benar baru..
Dan cinta, bukan hanya perkara mau memaafkan, bukan hanya perkara menerima apa adanya. Tapi perkara rasionalitas..
Rasional, karena kita seharusnya selalu mampu mengendalikan hati dan perasaan, bukan sebaliknya..
Dan kamu, mungkin ini cara Tuhan menunjukkan bahwa kamu hanya sepenggal kisah masa lalu, hati yang lama yang seharusnya sudah aku tinggalkan dengan semua goresannya..
Jangan pernah khawatir, sampai detik ini aku masih bisa berdiri tanpa kamu dengan baik, dan akan selalu baik-baik saja.. dan sudah tidak perlu lagi ada airmata untuk meningat kenangan kita, kepergianmu, dan kisah ceritamu sekarang..

#NF

“Untuk sepotong hatiku yang baru, aku tidak akan membiarkan hilang. Untuk perasaan yang lemah, aku tidak akan membiarkan patah, sakit dan sedih. Untuk logika yang merasa logis, hentikan egomu. Untuk hati yang tidak bisa berdamai, berdamailah dan mulailah hal baru yang lebih baik. Bukankah segala sesuatu pasti akan indah pada waktunya?  :) ”

Sajak Bukankah, Atau Bukankah?

Bukankah,
Banyak yang berharap jawaban dari seseorang?
Yang sayangnya, yang diharapkan bahkan tidak mengerti apa pertanyaannya
“jadi, jawaban apa yang harus diberikan?”

Bukankah,
Banyak yang menanti penjelasan dari seseorang?
Yang sayangnya, yang dinanti bahkan tidak tahu harus menjelaskan apa
“aduh, penjelasan apa yang harus disampaikan?”

Bukankah,
Banyak yang menunggu, menunggu, dan terus menunggu seseorang
Yang sayangnya, hei, yang ditunggu bahkan sama sekali merasa tidak punya janji
“kau menungguku? Sejak kapan?”

Bukankah,
Banyak yang menambatkan harapan
Yang sayangnya seseorang itu bahkan belum membangun dermaga
“akan kau tambatkan di mana?”

Bukankah,
Banyak yang menatap dari kejauhan
Yang sayangnya, yang ditatap sibuk memperhatikan hal lain

Bukankah,
Banyak menulis puisi, sajak2, surat2, tulisan2
Yang sayangnya, seseorang dalam tulisan itu bahkan tidak tahu dia sedang jadi tokoh utama
Pun bagaimana akan membacanya

Aduhai, urusan perasaan, sejak dulu hingga kelak
Sungguh selalu menjadi bunga kehidupan
Ada yang mekar indah senantiasa terjaga
Ada yang layu sebelum waktunya
Maka semoga, bagian kita, tidak hanya mekar terjaga
Tapi juga berakhir bahagia


*Darwis Tere Liye

Air mata perasaan

"Memiliki" dan "melepaskan"
Berasal dari mata air perasaan yang satu
Hanya berbeda tujuan alirannya
Tapi sejatinya sama
Memiliki bahkan bisa dalam bentuk melepaskan
Membiarkannya terbang bahagia
Pun melepaskan bisa selalu berarti memiliki
Memiliki kenangan terbaik
Memiliki cinta terbaik meski dilepaskan

"Mencintai" dan "membenci"
Apalagi yang satu ini, Kawan
Sungguh berasal dari mata air perasaan yang satu
Bening sekali mata air tersebut
Tapi kemudian berbeda alirannya karena egoisme
Padahal sejatinya sama
Banyak orang mencintai yang kemudian jadi membenci
Dan lebih banyak lagi orang2 yang membenci
Namun dia sungguh mencintai
Menyebut namanya dalam senyap

"Rindu" dan "Melupakan"
Juga berasal dari mata air perasaan yang satu
Mengalir deras begitu sejuk muasalnya
Tapi kemudian berbelok masing2 sesuai keinginan
Asalnya sih sama saja
Bukankah banyak kerinduan saat kita hendak melupakan
Dan tidak terbilang keinginan melupakan dalam rindu

Di dunia ini
Jika kita duduk takjim di tepi sungai kehidupan
Kita bisa merasakan hakikat perasaan2
Dan kadangkala, sesuatu yang terlihat bertolak-belakang
Sejatinya berasal dari hal yang sama

Inilah sajak mata air perasaan
Tidak mengapa terpaksa melepaskan demi memiliki
Tergugu cinta dalam kebencian
Pun rindu dalam usaha melupakan
Sepanjang patuhi rambu2 agamanya
Jangan merusak diri sendiri dan orang lain
Kita manusia,
Besok lusa semoga jadi lebih baik


*Darwis tere liye

Menangislah Saat Hujan

Berteriaklah di depan air terjun tinggi,
berdebam suaranya memekakkan telinga
agar tidak ada yang tahu kau sedang berteriak

Berlarilah di tengah padang ilalang tinggi,
pucuk2nya lebih tinggi dari kepala
agar tidak ada yang tahu kau sedang berlari

Termenunglah di tengah senyapnya pagi,
yang kicau burung pun hilang entah kemana
agar tidak ada yang tahu kau sedang termangu

Dan, menangislah saat hujan,
ketika air membasuh wajah
agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan

Perasaan adalah perasaan,
Tidak kita bagikan dia tetap perasaan
Tidak kita sampaikan, ceritakan, dia tetap perasaan
Tidak berkurang satu helai pun nilainya
Tidak hilang satu daun pun dari tangkainya

Perasaan adalah perasaan,
Hidup bersamanya bukan kemalangan,
Hei, bukankah dia memberikan kesadaran
betapa indahnya dunia ini?
Hanya orang2 terbaiklah yang akan menerima kabar baik
Hanya orang2 bersabarlah yang akan menerima hadiah indah

Maka nasehat lama itu benar sekali,
Menangislah saat hujan,
ketika air membasuh wajah
agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan


*Darwis Tere Liye

Senin, 12 Mei 2014

tentang Januari



Kamu kembali datang mengusik pikirku..
Disaat aku sudah mampu baik-baik saja setelah sepotong hati yang kamu bawa pergi..
Seharusnya belati yang kamu toreh sudah mampu membuatku membenci, membuatku melupakan..’
Tapi nyatanya luka yang berusaha keras aku obati masih ada saja bekasnya disana..
Mampukah aku membenci? Sungguh pada awalnya demikian, tapi kembali tanya itu menyeruak..
Benarkah aku membencimu? Kamu yang sudah mampu membuat bunga yang layu kembali tumbuh, dengan rasa yang kau janjikan, dengan kenangan yang engkau ciptakan.. dan kau tinggalkan kembali setelah kamu menemukan bungamu yang dulu mekar..
Dan aku terjebak, dalam kotak kenangan yang seharusnya mampu aku pecahkan..
Masihkah ada rasa yang kau tinggal pergi ini tertanam dihatiku? Entahlah.. Seharusnya tidak. Dan aku meyakini bahwa tidak..
Dan seharusnya aku mampu berdamai dengan kamu, masa lalu, dan kenangan kita, bukan justru sebaliknya..
Bahagiakah kamu disana? Tentu saja jawabannya iya bukan? Dia yang lebih baik telah menggantikanku.. Dan aku pun masih menanti yang lebih baik akan menggantikanmu, pada waktunya nanti disaat kamu, luka, dan kenangan kita sudah benar-benar bisa berdamai dengan hatiku..
Kita pernah berjalan dalam jalan yang sama, tujuan yang sama, mimpi dan harapan yang sama..
Kita pernah berada dalam rasa yang sama, hati yang sama, dan cerita yang sama..
“pernah” dan bukan “akan”, karena aku benar-benar yakin jalan kita memang berbeda..
Mawar berduri tidak akan pernah bisa tumbuh di tegarnya karang bukan? Dan memang seperti itulah kita, kamu yang menyadarinya terlebih dahulu sehingga memutuskan pergi..
Dengan tiba-tiba, disaat aku sudah mampu menumbuhkan rasa yang sama denganmu dihatiku..
Takdir kita tak pernah sama, takdir kita bukan untuk dipersatukan, meski memang takdir pernah memberi sedikit waktu bersama, tapi mungkin tak lebih untuk menunjukkan bahwa kamu memang benar-benar bukan untukku, dan aku bukan untuk kamu..
Dan rasa itu perlahan menguap setelah 4 bulan berlalu, tapi kenapa harus kembali muncul dalam benak??
Dan sampai saat ini, potretmu, potret kita, pesanmu dan “si biru” pemberianmu masih aku simpan..
Haruskah itu semua aku buang bersama dengan kenangan kita?
Dan kotamu, sungguh aku sekarang menghindarinya, kota yang selalu aku rindukan dan kota impianku sejak aku kecil dulu..
Disana kebahagiaan terakhir yang kita torehkan saat itu, Januari, disaat hati kita masih pada sisi yang sama..
Dan Januari.. semuanya harus kita selesaikan..
Ah entahlah.. Semoga suatu saat kita dipertemukan dalam keadaan masing-masing yang sudah membaik, dalam keadaan saling memaafkan, dan sudah berdamai dengan masa lalu..
Maaf jika memang pada awalnya aku yang membuatmu berubah..
#NF

surat untuk angin



Angin.. dulu aku sebut kamu demikian, karena memang arti namamu demikian..
Kamu .. yang mungkin dapat aku sebut sebagai cinta pertama..
Saat seragam putih abu-abu masih melekat..
Apa yang  kamu sebut dengan cinta? Deskripsiku adalah disaat kamu menyayanginya tanpa sebuah alasan, tanpa meminta kembali apa yang kamu beri, begitu sederhana dan tak ada jawab jika kamu tanya kenapa bisa dia?
Entah.. semuanya tiba-tiba.. disaat jantung terasa berdebar saat bertemu denganmu dan selalu menundukan pandang.. sungguh tak pernah berani untuk sekedar menyapa..
Tapi memang sulit berdamai dan sulit hilang, sejak awal aku memakai seragam putih abu-abu hingga masa putih abu-abuku selesai bahkan awal aku harus menapaki jalanku berikutnya..
Disaat kelulusanmu, aku mampu sedikit berdamai dengan hatiku sendiri..
Dan sebuah kejutan, kamu datang, menyapa, dan sungguh berbeda, dengan seragam impianmu..
Dan kembali hati yang semula mampu berdamai tidak mampu lagi untuk memaksakan..
Apalagi disaat kamu kembali datang, dengan sebuah harapan dan kesempatan..
Apa yang membuatku mampu sangat bersemangat untuk mengejar impianku selain orang tuaku?
Kamulah jawabannya, kata-katamu “6 bulan lagi kita ketemu kamu udah masuk kedokteran ya”..
Sungguh, kalimat itu istimewa meskipun sangat sederhana, aku ingin membuatmu bangga
Sungguh, mungkin terasa terlalu konyol  disaat aku mencintaimu dalam diamku, bertahun-tahun tanpa bisa benar-benar tergantikan..
6 bulan berikutnya, disaat aku bisa mengejar impianku, kamu kembali pulang, dan aku ingin berbagi bahagiaku..
Tapi ternyata sudah ada dia, yang mungkin sampai sekarang ada dalam kehidupanmu..
Aku berusaha untuk berdamai dengan hatiku, menghilangkan kamu, dan begitu sulit..
Aku masih senang disaat kamu meneleponku saat pesiarmu, aku masih senang saat membaca pean-pesanmu, aku masih belum bisa untuk benar-benar menghindarimu..
Hingga saatnya dia datang, dia yang mencoba menghilangkanmu dari hatiku, dia yang semula kembali menumbuhkan harap dan menjanjikan jalan yang indah, dia yang mampu menguapkan 3,5 tahunku untukmu..
Tapi pada akhirnya juga tidak ada dia, seperti tidak ada kamu, meninggalkan bekas dihati (kembali)
Tapi setidaknya terima kasih, lihat.. aku bisa mengejar mimpiku sekarang. Sungguh terima kasih J..
Sungguh suatu saat aku ingin Allah mempertemukan kita, setidaknya sekedar untukku mengucapkan terima kasih kepadamu..
Aku selalu dan selalu bangga padamu, tetaplah rendah hati dengan seragam yang kini melekat padamu, jadilah prajurit dan putra kebanggan bangsa dan selalu jagalah dia disisimu J
#SBS


Kamis, 08 Mei 2014

Jalan kita sudah berbeda



Hujan akan digantikan oleh kemarau, dan kemarau akan sirna dengan hujan..
Akan selalu seperti itu, waktu akan selalu mempunyai masanya sendiri..
Tuhan mempertemukan kita, jauh disana lalu Tuhan menumbuhkan sesuatu di hati kita..
Jarak bukan sesuatu masalah, selama hati kita sama dan kita masih berjalan di jalan dan yang sama..
Bahagia bukan pada awalnya? Dengan semua cerita yang selalu ada disaat kamu datang ke kotaku, atau aku ke kotamu, disaat setiap harinya ada kamu..
Jarak justru akan membuat kita rindu dan kita menghargai waktu..
Setidaknya benar, kita pernah ada dalam jalan yang sama..
Kita pernah melangkah untuk mewujudkan harapan-harapan kita di masa depan nanti..
Dan aku pernah berarti dihatimu, dan begitupun kamu dihatiku, saya rasa..
Kamu pernah memberikan tanganmu disaat aku butuh tumpuan saat itu..
Kamu menumbuhkan sesuatu yang baru, kamu memberi warna yang baru..
Kamu yang memberikan harapan, tentang sebuah jalan indah di depan sana..
Dan memang waktu selalu tidak bersahabat pada akhirnya..
Waktu relatif berubah..
Ada pertemuan, ada perpisahan..
Sedetik yang lalu kita bahagia, sedetik berikutnya semuanya bisa berubah..
Termasuk kita, jarak dan semua hal yang selama ini menjadi rutinitas dan semua itu menyenangkan, pada akhirnya justru menjauhkan kita..
Atau mungkin memang sebenarnya sudah ada seseorang disisimu, aku tidak tau..
Mungkin memang jauh akan selalu bisa tergantikan dengan yang selalu dekat..
Aku senang mendengarmu telah bahagia disana bersama dia..
Dan mungkin kamu sudah memupuk harap untuk jalan yang indah seperti dulu yang kamu pupuk untukku..
Dan dengan jarak pun semuanya nampak lebih mudah akhirnya, mudah untukku melupakan kamu yang jauh disana..
Tapi memang benar, kenangan masih tetap ada meski kamu telah pergi..
Kenangan masih tetap ada meski rasaku sudah hilang karena sakit yang kamu beri..
Selamat sudah melangkah lebih dulu untuk kebahagianmu, dan aku bahagia dengan caraku, meski tanpa penggantimu..
Semoga dia bisa selalu dan selalu membuat harimu berwarna tanpa harus kau ulang apa yang terjadi diantara kita di ujung kisah kita..
Dan semoga suatu saat Tuhan memberikan masa dimana diantara kita tanpa harus ada saling membenci..

#NF

By :
Free Blog Templates