Rabu, 30 April 2014

Wahai Engkau Calon Imamku


Aku inginkan dia yang bisa bicara benar padaku dan bukan hanya membenarkan kata-kataku...

Aku inginkan dia yang bisa kembali menegakkan bahuku dan mampu membuatku menatap kembali kedepan, bukan seseorang yang hanya memberiku sandaran yang membuatku menyesali dan tenggelam dalam kegagalanku...

Aku inginkan dia yang mampu menjadi imam dalam hidupku dan mampu membawaku mendekat pada apa yang aku yakini...

Aku inginkan dia yang tidak meng'handal'kan kata manis untuk membuatku luluh, namun membuatku merasa teristimewa hanya dengan kemampuannya dalam memahamiku...

Aku inginkan dia yang mengajariku untuk terlalu sibuk berusaha hingga aku lupa meluangkan waktuku untuk terus mengeluhkan sesuatu yang belum kucapai...

Aku inginkan dia yang mampu mengingatkanku saat aku lengah dan terlena dalam keberhasilan/kejayaan yang kucapai...

Aku inginkan dia yang bisa menerimaku apa adanya, memberiku tempat disisinya sebagai teman berbagi dan menghargaiku sebagai seorang wanita yang dia cintai...


Aku inginkan dia yang membuatku bangga, bukan karena betapa rupawannya dia, tapi karena kebaikan hatinya...

Aku inginkan dia yang bisa mengajakku sejenak menunduk saat aku terus menatap keatas dan lupa bersyukur untuk apa yang kumiliki saat ini...

Sengaja kusimpan rapi rindu ini dalam kalbu. Hanya kutorehkan dalam bait-bait tinta yang belum bisa kuhaturkan padamu. Hingga saatnya nanti, ketika sebuah ikatan suci mengikat jiwa dan raga kita.

Maaf jika aku membiarkanmu pergi berlalu. Aku tak ingin mengajakmu pergi sementara punggungmu masih lemah dalam menopang. Kubiarkan engkau terus mengokohkan aqidah, menegakkan sunnah, dan melatih diri untuk istiqamah dalam berakhlaqul karimah. Aku yakin Dia kini tengah melatihmu menjadi mujahid yang tangguh, hingga saatnya nanti kita dapat pergi bersama dan melipatgandakan kekuatan dakwah tanpa banyak berseteru.

Maaf jika aku menundukkan pandanganku. Aku tak tahu keadaan imanku saat ini, besok ataupun nanti. Aku tak ingin hati ini goyah karena sejatinya Allah lah tumpuan utama di hatiku. Ujian demi ujian Insya Allah membuatku menjadi lebih tangguh sehingga saat kelak kita bertemu, kau bangga telah memiliki aku di hatimu, karena Allah.

Maaf jika aku masih saja diam dan tak bergeming. Banyak hal yang belum aku mengerti, mengingat dirimu seluas benua dengan kelamnya hutan misteri yang tak mudah untuk dijelajahi. Beri aku sedikit waktu untuk mempelajarinya hingga senantiasa kutabur kasih di hatimu.

Maaf jika aku tetap saja acuh padamu. Inilah upayaku menjadi sebaik-baik perhiasan dunia. Saat ini, aku masih menjadi asuhan ayah dan bundaku. Tak lain doaku agar menjadi anak yang shalihah dan dapat menjadi tabungan keduanya di akhirat.

Maaf jika aku membuatmu menanti. Hanya doa yang dapat kutitipkan pada angin. Agar Allah senantiasa menjagamu, memudahkan urusanmu, serta menjadikanmu bermanfaat bagi seluruh kaum muslimin, tak hanya bagiku.
Maka biarlah Allah yang mengatur pertemuan kita dan bagaimana kita dipersatukan.

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates