Saat kamu berusia 4 tahun dan ditanya mau jadi apa kamu kelak? apa yang ada dalam pikiranmu? Dokter? pilot? guru? ya banyak lah ya dengan kepolosan masing-masing anak kecil, mereka punya pilihannya sendiri..
Sama kurang lebihnya. Saat aku ditanya di usiaku yang masih bocah itu, mau jadi apa aku kelak ? dengan polosnya, aku jawab dengan lantang "aku ingin jadi dokter !!"
Cita-cita masa kecil bisa dibilang..
Beranjak SD, saat ditanya ayahku saat itu, kelas 2 saat itu, mau jadi apa kamu kelak? cita-cita masa kecil itu benar-benar masih terbenam di kepalaku,, aku ingin jadi dokter..
Mungkin saat itu aku masih berpikiran suatu saat akan keren jika aku jadi dokter, memakai jas putih, menolong orang sakit, benar-benar pikiran anak kecil yang polos tanpa harus memikirkan bagaimana susahnya jalan yang akan aku tempuh saat ini..
Saat SD aku membenci matematika, sungguh berbeda sekali dengan ayah dan kakak2ku, dan itu menjadi suatu alasan yang cukup menguatkan aku untuk memilih menjadi dokter karena aku menyukai ilmu alam terutama biologi saat itu dan tidak ingin berhubungan dengan matematika..
Sugesti cita-cita masa kecil sungguh benar-benar kuat terbenam di kepalaku..
Beranjak SMP, aku letakkan cita-cita itu bukan dalam pondasi pertama, aku telah menemukan duniaku yang baru saat itu..
Meski memang niat kuat itu masih tertanam di hati, banyak pilihan lain yang ada dalam benakku saat itu..
Fisika dan matematika, sungguh aku lebih menyukai kedua pelajaran itu daripada biologi, sampai aku SMA pun masih demikian..
Nilai biologi pasti selalu lebih kecil dari yang lain, karena aku sangat membenci ilmu-ilmu hapalan saat itu :D (dan entah kenapa akhirnya aku sekarang harus berkutat dengan itu semua :D)
Dengan fisika, aku bertemu teman-teman diluar sana yang sungguh luar biasa.
Dan saat ini, sungguh aku berpikir Allah Maha Baik telah mengijinkan aku menjadi bagian dari mereka. Keberuntungan aku bilang, dan sedikitpun aku tidak menyangka..
Teman-teman di P4TK pembinaan olimpiade fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia..
Disini yang mendasari perubahan arah tujuan kemana aku kelak.
Pengalaman disana luar biasa, disini aku benar-benar belajar mandiri, karena memang aku dididik seperti itu, sendirian, hanya dengan teman seperjuangan aku bolak-balik ke Jakarta untu pembinaan, 13 taun saat itu..
Sedangkan saat ini teman-temanku saja masih banyak yang diantar orang tua kemana-mana, dan aku bersyukur aku terdidik mandiri sebagai seorang bungsu dalam keluarga.
Teman-teman yang luar biasa, guru-guru yang luar biasa, sungguh ini menjadi salah satu cerita yang berkesan setelah melewati tes yang aku sendiri saja pesimis untuk bisa kesana..
Diantara mereka, peraih medali emas OSN matematika, perak, perunggu, dan aku??aku harus terhenti di tengah jalan dan menyesal tidak memanfaatkan semua kesempatan dengan baik..
Sungguh, pertama kalinya aku menangisi kegagalan soal akademik saat itu..
Dan mereka sekarang ada di Universitas2 besar, banyak yang akhirnya menjadi teman sejawat..
Atika, FKUI, Tantika FKUnpad, Musa Teknik Mesin Undip, Arum FTEI ITB, dan yang lain masih banyak lagi..
Sungguh pengalaman yang menyenangkan bisa diperkenalkan dengan orang-orang seperti mereka dengan kemampuanku yang jauh dibawah mereka tapi Allah memberi kesempatan langka ini..
Beranjak SMA, aku menemukan duniaku yang lain..
Matematika dan Fisika masih memikat dan menghias raporku dulu, dan biologi? jangan tanya, tidak pernah aku mendapat nilai lebih dari batas minimal saat itu, pilihannya adalah aku remidi atau nilaiku sedikit diatas KKM?
Selain Matematika dan Fisika, satu lagi yang masuk dalam daftar pelajaran yang aku suka dan menjadi penghibur disaat nilai yang lain jelek adalah Seni rupa..
Sejak kecil aku suka coret-coret, selalu senang saat mendapat tugas yang berhubungan dengan seni meskipun itu sulit dan harus menyita waktu..
Disaat teman-teman di kelas sangat membenci seni rupa terutama pengantar gambar teknik saat itu, sungguh aku sangat menyukainya..
Aku rela menghabiskan waktuku sehari untuk sekedar menggambar dan pusing mengukur-ukur gambar-gambar proyeksi saat itu..
Aku menemukan duniaku disana, pelarian disaat sudah jenuh dengan pelajaran di sekolah, organisasi, bimbingan belajar, terlebih persiapan UN dan SNMPTN saat aku kelas 12 dulu..
Dan saat ditanya guru seni rupaku mau jadi apa aku kelak? dengan yakin aku menjawab, Teknik Arsitek, dan beliau terlihat senang aku menjawab itu, saat itu aku kelas 11.
Dilematis disaat aku harus mengingat kembali cita-citaku kelak, dokter atau arsitek?
Dan orang tuaku tidak mengijinkanku masuk arsitek, berjuang 1 tahun untuk mendapat ijin, dan disaat mereka membiarkan aku memilih apa saja yang aku mau, aku tinggalkan arsitek untuk aku simpan di pilihan setelah aku tidak lolos SNMPTN undangan..
Lalu apa yang aku pilih saat itu??
satu-satunya pilihan dalam formulir pendaftaranku, FK UNS..
Dan hasilnya?? sudah bisa ditebak karena sekarang nyatanya aku tidak disana.. :D
Belum terhenti, ah masih ada SNMPTN tulis saat itu, FK UNS (lagi) dan entah pilihan 2 aku akan pilih apa. Aku memantapkan hati memilih Teknik Arsitek UNDIP.
Tapi nyatanya, di detik-detik akhir pendaftaram, Allah memberikan keyakinan lain, pilihan lain yang sebelumnya tidak pernah masuk daam daftar keinginanku selama ini..
Ya, disanalah aku sekarang, pilihan keduaku di SNMPTN tulis, yang tidak masuk dalam doa-doaku sebelum pendaftaran..
Sungguh tidak menyangka akhirnya Allah menunjukkan jalanNya agar aku disini..
Sedih? jujur iya karena apa yang aku inginkan Allah tidak memberikannya..
Tapi saat aku melihat kembali bahkan teman2 dekatku sendiri tidak bisa masuk kesini, tidak ada alasan untuk sedih..
Dan memang sudah jalanNYA aku disini..
Cita-cita masa kecil yang menjadi kenyataan bisa dibilang :)..
Setelah banyak tujuan lain yang mungkin lebih menarik hati, akhirnya jalan awallah yang memang menjadi landasan kuat niat dan usaha yang dilakukan..
Masih panjang sebenarnya menuju tujuannya, banyak hal yang harus dilewati, banyak tantangan yang harus dihadapi, banyak stressor yang harus diterima..
Sungguh, 4 semester saja sudah merasa berat. Jadi dokter itu susah? iya jawabannya. Jadi dokter butuh sekolah yang lama? iya jawabannya..
Kadang disaat aku jatuh, disaat aku merasa aku berat disini, terutama saat aku harus tersandung 1 blok di satu ujian saja..
Sungguh, itu menyakitkan.. 8 SKS gagal dan aku harus mengulang tanpa tau ada SP di semester depan, atau aku harus mengorbankan semester 9 ku untuk blok itu dan tertunda wisuda dan koass..
Ya intinya disini harus benar-benar berjuang, harus bisa beradaptasi, dan jangan pernah lelah berusaha dan berdoa..
Dan kelak disaat aku sudah bisa melewati ini semua, semoga Allah selalu menjaga niat tulus dari awal kuliah dulu sampai aku meninggal nanti..
Semangat berjuang teman sejawat, ingat jalan yang harus kita tempuh di masa lampau untuk perjuangan mendapatkan ini..
Disaat harus mengorbankan waktu istirahat kita untuk belajar, ingat kebermanfaatan kita di masa depan..
Semoga niat tulus dan usaha yang kita lakukan saat ini menjadi tabungan amal yang akan membantu kita mendapat surgaNYA
"Keyakinanmu akan menentukan tindakanmu, tindakanmu akan menentukan masa depanmu.. "
Tidak akan pernah ada waktu yang sia-sia..
Tidak akan pernah waktu yang digunakan untuk berjuang itu terbuang percuma..
Tidak ada tetesan keringat yang tidak berharga..
Karena Allah akan selalu memperhitungkan..
Setiap usaha yang dilakukan, setiap waktu yang dikorbankan, dan setiap keringat yang menetes, doa-doa yang tidak terputus, dan setiap langkah untuk sebuah "PERJUANGAN"
Kamis, 17 April 2014
Menuju Jas Putih
Diposting oleh Maya Alvionita di 18.39
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Terimakasih kak. kisah kakak telah membuat saya yakin dengan pilihan saya semoga saya juga bisa lolos menuju jas putih
dari :Muhammad Nur ichwan pelajar SMA kelas XI IPA 2
Terimakasih kak. kisah kakak telah membuat saya yakin dengan pilihan saya semoga saya juga bisa lolos menuju jas putih
dari :Muhammad Nur ichwan pelajar SMA kelas XI IPA 2
Posting Komentar